INFO HARIAN - Makan dalam posisi duduk tentunya lebih nyaman dibanding
berdiri, karena tidak harus memegangi piring dan yang jelas kakinya tidak
terasa pegal. Namun dalam kondisi tertentu, makan dalam posisi berdiri lebih
menguntungkan bagi kesehatan.
Secara umum, makan dalam posisi berdiri banyak dihindari
karena terkesan tidak sopan jika di tempat tersebut sudah tersedia meja makan.
Makan dalam posisi berdiri hanya lazim dilakukan dalam acara resepsi
pernikahan, yang biasanya tidak menyediakan meja makan untuk tamu undangan.
Selain terkesan tidak sopan, makan dalam posisi duduk memang
lebih banyak keuntungannya jika dilihat dari aspek kesehatan. Salah satunya
adalah mencegah refluks atau naiknya asam lambung ke kerongkongan yang bisa
menyebabkan sensasi nyeri di dada.
Pada penderita darah rendah, makan sambil duduk juga bisa
mencegah orthostatic hipotension atau penurunan tekanan darah saat perut sedang
mencerna makanan. Ketika sedang makan dalam porsi besar, aliran darah
terkonsentrasi di organ pencernaan sehingga kepala jadi mudah pusing.
Meski demikian, makan sambil berdiri bisa lebih
menguntungkan bagi penderita gangguan metabolisme khususnya terkait gula darah
dan kolesterol. Proses pengolahan kedua senyawa tersebut kadang-kadang justru
lebih lancar saat makan sambil berdiri.
Saat berdiri, enzim lipase yang berfungsi memecah lemak
mengalami peningkatan aktivitas sehingga tidak terjadi penupukan di otot. Lemak
dalam makanan juga bisa langsung terpakai, sebab seperti dikutip dari
ScienceDaily, Senin (22/8/2011), berdiri selama 60 menit dapat membakar 60
kalori.
Sama halnya dengan lemak, gula darah juga lebih banyak
terpakai ketika seseorang makan dalam posisi berdiri. Makin banyak kandungan
gula dalam makanan yang langsung terbakar menjadi energi, maka kadarnya dalam
darah menurun sehingga risiko diabetes juga menjadi lebih rendah.
Secara umum, makan dalam posisi berdiri banyak dihindari
karena terkesan tidak sopan jika di tempat tersebut sudah tersedia meja makan.
Makan dalam posisi berdiri hanya lazim dilakukan dalam acara resepsi
pernikahan, yang biasanya tidak menyediakan meja makan untuk tamu undangan.
Selain terkesan tidak sopan, makan dalam posisi duduk memang
lebih banyak keuntungannya jika dilihat dari aspek kesehatan. Salah satunya
adalah mencegah refluks atau naiknya asam lambung ke kerongkongan yang bisa
menyebabkan sensasi nyeri di dada.
Pada penderita darah rendah, makan sambil duduk juga bisa
mencegah orthostatic hipotension atau penurunan tekanan darah saat perut sedang
mencerna makanan. Ketika sedang makan dalam porsi besar, aliran darah
terkonsentrasi di organ pencernaan sehingga kepala jadi mudah pusing.
Meski demikian, makan sambil berdiri bisa lebih
menguntungkan bagi penderita gangguan metabolisme khususnya terkait gula darah
dan kolesterol. Proses pengolahan kedua senyawa tersebut kadang-kadang justru
lebih lancar saat makan sambil berdiri.
Saat berdiri, enzim lipase yang berfungsi memecah lemak
mengalami peningkatan aktivitas sehingga tidak terjadi penupukan di otot. Lemak
dalam makanan juga bisa langsung terpakai, sebab seperti dikutip dari
ScienceDaily, Senin (22/8/2011), berdiri selama 60 menit dapat membakar 60
kalori.
Sama halnya dengan lemak, gula darah juga lebih banyak
terpakai ketika seseorang makan dalam posisi berdiri. Makin banyak kandungan
gula dalam makanan yang langsung terbakar menjadi energi, maka kadarnya dalam
darah menurun sehingga risiko diabetes juga menjadi lebih rendah.
Dari aspek kesehatan, makan sambil duduk maupun berdiri
punya kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga tidak ada salah satu yang
lebih dianjurkan. Kalaupun lebih dianjurkan untuk duduk, alasannya adalah
kenyamanan sementara jika terpaksa harus berdiri maka tidak ada dampak negatif
yang serius.
0 comments:
Post a Comment